Memangkas Biaya Internet dengan Jaringan Listrik
JAKARTA - Etty, ibu empat anak, setiap bulan harus membayar tagihan pulsa telepon sekitar 200.000 rupiah. Pasalnya, dua anaknya yang duduk di bangku kuliah terus menagih agar akses Internet dibuka. Dua lagi, walaupun masih di tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) tidak ketinggalan ikut demam Internet.
”Bukan itu saja, telepon dari luar jadi susah masuk kalau anak-anak sedang pakai Internet. Kalau begitu ‘kan mengganggu sekali. Setiap kali pakai Internet kita harus memutuskan line telepon. Kalau ada telepon yang penting bagaimana?,” keluh istri Haryanto, seorang ketua jurusan di Sekolah Tinggi Teknik Perusahaan Listrik Negara (STT PLN) kepada SH belum lama ini.
Tapi itu kisah setahun silam, saat keluarga Haryanto belum menikmati akses Internet via listrik alias Power Line Communication (PLC). Teknologi yang diadopsi dari Jerman ini sejak Januari 2002 telah diuji coba pada 20 keluarga karyawan PLN di bilangan Duren Tiga, Jakarta Selatan. Hasilnya, keluarga Haryanto bisa menghemat pengeluaran.
Cerita menggembirakan lain datang dari keluarga Fatchy Saleh. Keluarga dengan tiga putra-putri yang sudah dewasa ini hampir setiap hari mengakses Internet PLC tanpa batas. Terlebih lagi selama masa uji coba mereka bisa sepuasnya memakai Internet tanpa bayaran sepeser pun. Kalaupun ada hanya penambahan iuran listrik yang tidak lebih dari 20.000 rupiah.
”Ketiga anak-anak saya paling sering pakai Internet di rumah ini. Maklum mereka sudah dewasa. Si bungsu sedang membuat skripsi yang banyak dibantu oleh data-data dari Internet. Sedangkan yang dua lagi banyak memperoleh informasi kerja dari Internet,” papar Ibu Fatchy
Sebelumnya mereka memang belum pernah berlangganan Internet, tapi Ibu Fatchy mengaku sampai sekarang tidak ada keluhan dari anak-anaknya mengenai Internet PLC. Masalah biaya bisa dikatakan sangat ringan., bahkan hampir tidak terasa dibanding anak-anak harus ke warung Internet (warnet).
Pengakuan ini dibenarkan oleh Didi Achmadi dari bagian Bussines Development Indonesia Comnets Plus (ICON+). Menurut penuturan Didi, pemakai Internet PLC cukup dibebani tambahan daya listrik tak lebih dari 10 watt saja. Selama uji coba, 20 keluarga di kompleks PLC Duren Tiga sama sekali tidak dikenakan iuran tambahan. Namun program ini hanya bisa dinikmati sampai akhir tahun 2002. Setelah itu Internet PLC akan dikomersialkan bagi masyarakat luas.
”Sama sekali tidak ada biaya tambahan selain iuran langganan bulanan saja. Kalau pun ada kenaikan tarif listrik bisa dikatakan tidak terlalu berpengaruh pada tagihan bulanan,” papar Didi kepada SH saat dihubungi terpisah.
Biaya Ringan
Teknologi PLC ini memang sangat meringankan pelanggan dari segi ekonomi. Kalau dengan sistem dial-up, selain membayar iuran abonemen, pelanggan juga harus dibebani biaya pulsa telepon yang terbilang mahal. Belum lagi saluran telepon sering terganggu karena harus diputus saat memakai akses Internet. Namun dengan Internet PLC, pelanggan bisa puas mengakses Internet 24 jam penuh tanpa biaya macam-macam lagi. Didi juga mengaku selama ini 20 keluarga pengguna Internet PLC memberi respon baik, bahkan tanpa keluhan sama sekali.
Saat ini PLC dari ICON+ memanfaatkan provider dari Jerman, yakni Mynet. Kelak akan ada dua lagi provider dari Swiss yaitu ASCOM dan DS2 dari Spanyol yang akan dipakai untuk membantu akses Internet. Didi menjelaskan bahwa pihaknya tidak ada maksud untuk bersaing dengan perusahaan Internet Service Provider (ISP) lain seperti Telkom, melainkan hanya mencoba membantu memperbanyak pengguna Internet di Indonesia. ”Dengan PLC, maka daerah terpencil tanpa saluran telepon bisa ikut mendapatkan akses Internet, selama daerah tersebut memiliki akses listrik,” ujar Didi.
ICON+ selaku anak perusahaan PLN merupakan pihak yang pertama kali menerapkan PLC. Mereka menggunakan jaringan listrik sebagai media telekomunikasi broadband didukung teknologi direct sequence spread spectrum berfrekuensi 1 hingga 30 Mhz. Teknologi ini mampu mengirimkan gambar, data dan suara dalam kecepatan tinggi melalui jaringan kabel listrik. Teknologi broadband PLC sekarang ini dapat mengirim data mulai dari 2 Mbps, di mana kecepatan pengiriman data melalui kabel listrik ini setara dengan 15 sampai 30 kali lebih cepat dari Integrated Services Digital Network (ISDN).
Untuk program komersil yang akan diluncurkan akhir tahun ini, ICON+ akan menawarkan sejumlah aplikasi seperti akses Internet. Aplikasi ini didukung dengan modem yang dikoneksikan melalui power socket di rumah dan diakses dari komputer dengan kabel UTP berbasis 10 base T maupun USB. Aplikasi lain adalah telephony yang memakai modem serupa untuk keperluan Internet dan dapat disambung dengan telepon.
Selanjutnya adalah aplikasi Automatic Meter Reading (AMR) yang digunakan untuk pengendalian dan pemantauan tenaga listrik pada pelanggan. Apabila fasilitas ini digunakan oleh PLN, maka meter listrik pada pelanggan dapat dibaca secara online dan sistem billing menggunakan paket program yang sudah tersedia.
Kesemua aplikasi ini akan didukung pula dengan teknologi terbaru dari ICON+, yaitu TERSRI+. Dengan basis digital power line communication (DPLC) maka komunikasi Internet yang didapat bisa menghubungkan pelanggan baik untuk akses internet maupun aplikasi telepon. Bedanya dengan akses Internet lain, link jaringan akses ini memakai jaringan serat optik sepanjang 1300 kilometer seputar pulau Jawa.
Sejak 2001 lalu bentangan serat optik ini telah dikembangkan hingga Bali. Kota-kota lain di Pulau Jawa dan Bali segera menyusul sejalan dengan pengembangan dan keterjangkauan jaringan fiber optik ICON+. Dengan cakupan izin bisnis ISP seluruh Indonesia yang dimiliki serta potensi infrastruktur PLN, pengembangan tahun-tahun ke depan akan menjangkau kota-kota di pulau Bali dan Sumatra serta kota-kota lainnya di seluruh Nusantara.
Teknologi PLC pertama kali diperkenalkan oleh Veba Ag, sebuah perusahaan telekomunikasi asal Jerman pada Februari 2001.Tidak lama setelah itu, perusahaan pesaing, yakni RWE dan Siemens ikut mengembangkan teknik serupa.
Anak perusahaan telekomunikasi Veba, Veba Telecom, dan pembangkit tenaga listrik PreussenElektra berhasil menyelesaikan uji coba mentransmisikan suara dan data berkecepatan tinggi melalui jaringan distribusi listrik. Uji coba yang dilakukan itu menunjukkan telephony dan akses Internet dapat dilakukan dengan sukses melalui saluran listrik.
”Bukan itu saja, telepon dari luar jadi susah masuk kalau anak-anak sedang pakai Internet. Kalau begitu ‘kan mengganggu sekali. Setiap kali pakai Internet kita harus memutuskan line telepon. Kalau ada telepon yang penting bagaimana?,” keluh istri Haryanto, seorang ketua jurusan di Sekolah Tinggi Teknik Perusahaan Listrik Negara (STT PLN) kepada SH belum lama ini.
Tapi itu kisah setahun silam, saat keluarga Haryanto belum menikmati akses Internet via listrik alias Power Line Communication (PLC). Teknologi yang diadopsi dari Jerman ini sejak Januari 2002 telah diuji coba pada 20 keluarga karyawan PLN di bilangan Duren Tiga, Jakarta Selatan. Hasilnya, keluarga Haryanto bisa menghemat pengeluaran.
Cerita menggembirakan lain datang dari keluarga Fatchy Saleh. Keluarga dengan tiga putra-putri yang sudah dewasa ini hampir setiap hari mengakses Internet PLC tanpa batas. Terlebih lagi selama masa uji coba mereka bisa sepuasnya memakai Internet tanpa bayaran sepeser pun. Kalaupun ada hanya penambahan iuran listrik yang tidak lebih dari 20.000 rupiah.
”Ketiga anak-anak saya paling sering pakai Internet di rumah ini. Maklum mereka sudah dewasa. Si bungsu sedang membuat skripsi yang banyak dibantu oleh data-data dari Internet. Sedangkan yang dua lagi banyak memperoleh informasi kerja dari Internet,” papar Ibu Fatchy
Sebelumnya mereka memang belum pernah berlangganan Internet, tapi Ibu Fatchy mengaku sampai sekarang tidak ada keluhan dari anak-anaknya mengenai Internet PLC. Masalah biaya bisa dikatakan sangat ringan., bahkan hampir tidak terasa dibanding anak-anak harus ke warung Internet (warnet).
Pengakuan ini dibenarkan oleh Didi Achmadi dari bagian Bussines Development Indonesia Comnets Plus (ICON+). Menurut penuturan Didi, pemakai Internet PLC cukup dibebani tambahan daya listrik tak lebih dari 10 watt saja. Selama uji coba, 20 keluarga di kompleks PLC Duren Tiga sama sekali tidak dikenakan iuran tambahan. Namun program ini hanya bisa dinikmati sampai akhir tahun 2002. Setelah itu Internet PLC akan dikomersialkan bagi masyarakat luas.
”Sama sekali tidak ada biaya tambahan selain iuran langganan bulanan saja. Kalau pun ada kenaikan tarif listrik bisa dikatakan tidak terlalu berpengaruh pada tagihan bulanan,” papar Didi kepada SH saat dihubungi terpisah.
Biaya Ringan
Teknologi PLC ini memang sangat meringankan pelanggan dari segi ekonomi. Kalau dengan sistem dial-up, selain membayar iuran abonemen, pelanggan juga harus dibebani biaya pulsa telepon yang terbilang mahal. Belum lagi saluran telepon sering terganggu karena harus diputus saat memakai akses Internet. Namun dengan Internet PLC, pelanggan bisa puas mengakses Internet 24 jam penuh tanpa biaya macam-macam lagi. Didi juga mengaku selama ini 20 keluarga pengguna Internet PLC memberi respon baik, bahkan tanpa keluhan sama sekali.
Saat ini PLC dari ICON+ memanfaatkan provider dari Jerman, yakni Mynet. Kelak akan ada dua lagi provider dari Swiss yaitu ASCOM dan DS2 dari Spanyol yang akan dipakai untuk membantu akses Internet. Didi menjelaskan bahwa pihaknya tidak ada maksud untuk bersaing dengan perusahaan Internet Service Provider (ISP) lain seperti Telkom, melainkan hanya mencoba membantu memperbanyak pengguna Internet di Indonesia. ”Dengan PLC, maka daerah terpencil tanpa saluran telepon bisa ikut mendapatkan akses Internet, selama daerah tersebut memiliki akses listrik,” ujar Didi.
ICON+ selaku anak perusahaan PLN merupakan pihak yang pertama kali menerapkan PLC. Mereka menggunakan jaringan listrik sebagai media telekomunikasi broadband didukung teknologi direct sequence spread spectrum berfrekuensi 1 hingga 30 Mhz. Teknologi ini mampu mengirimkan gambar, data dan suara dalam kecepatan tinggi melalui jaringan kabel listrik. Teknologi broadband PLC sekarang ini dapat mengirim data mulai dari 2 Mbps, di mana kecepatan pengiriman data melalui kabel listrik ini setara dengan 15 sampai 30 kali lebih cepat dari Integrated Services Digital Network (ISDN).
Untuk program komersil yang akan diluncurkan akhir tahun ini, ICON+ akan menawarkan sejumlah aplikasi seperti akses Internet. Aplikasi ini didukung dengan modem yang dikoneksikan melalui power socket di rumah dan diakses dari komputer dengan kabel UTP berbasis 10 base T maupun USB. Aplikasi lain adalah telephony yang memakai modem serupa untuk keperluan Internet dan dapat disambung dengan telepon.
Selanjutnya adalah aplikasi Automatic Meter Reading (AMR) yang digunakan untuk pengendalian dan pemantauan tenaga listrik pada pelanggan. Apabila fasilitas ini digunakan oleh PLN, maka meter listrik pada pelanggan dapat dibaca secara online dan sistem billing menggunakan paket program yang sudah tersedia.
Kesemua aplikasi ini akan didukung pula dengan teknologi terbaru dari ICON+, yaitu TERSRI+. Dengan basis digital power line communication (DPLC) maka komunikasi Internet yang didapat bisa menghubungkan pelanggan baik untuk akses internet maupun aplikasi telepon. Bedanya dengan akses Internet lain, link jaringan akses ini memakai jaringan serat optik sepanjang 1300 kilometer seputar pulau Jawa.
Sejak 2001 lalu bentangan serat optik ini telah dikembangkan hingga Bali. Kota-kota lain di Pulau Jawa dan Bali segera menyusul sejalan dengan pengembangan dan keterjangkauan jaringan fiber optik ICON+. Dengan cakupan izin bisnis ISP seluruh Indonesia yang dimiliki serta potensi infrastruktur PLN, pengembangan tahun-tahun ke depan akan menjangkau kota-kota di pulau Bali dan Sumatra serta kota-kota lainnya di seluruh Nusantara.
Teknologi PLC pertama kali diperkenalkan oleh Veba Ag, sebuah perusahaan telekomunikasi asal Jerman pada Februari 2001.Tidak lama setelah itu, perusahaan pesaing, yakni RWE dan Siemens ikut mengembangkan teknik serupa.
Anak perusahaan telekomunikasi Veba, Veba Telecom, dan pembangkit tenaga listrik PreussenElektra berhasil menyelesaikan uji coba mentransmisikan suara dan data berkecepatan tinggi melalui jaringan distribusi listrik. Uji coba yang dilakukan itu menunjukkan telephony dan akses Internet dapat dilakukan dengan sukses melalui saluran listrik.
Komentar
Posting Komentar
Apapun pendapat Anda pasti akan sangat berharga